June 7, 2025

Di tengah-tengah keadaan perekonomian Indonesia yang jelek tahun ini, ada perjuangan masyarakat kecil yang perlu bertahan hidup untuk keluarga. Satu diantaranya, Aulyafillah, mahasiswi 22 tahun yang perlu bergelut dengan kondisi ekonomi yang makin sulit untuk menjaga ke-4 anggota keluarganya. Pergi dari sesuatu dusun sederhana di Mojokerto, ia mengelana ke Surabaya untuk berkuliah sekalian menjadi kepala keluarga dengan bekerja sambilan untuk gantikan si ayah yang wafat pada 2023. Sambil berkuliah, Aulyafillah memainkan tiga sampai empat tugas sambilan walau penghasilannya tidak berapa. Ditambahkan lagi, wanita yang dipanggil Aul itu harus hadapi keadaan perekonomian Indonesia yang berpengaruh pada naiknya harga bahan dasar. Hal yang paling dirasanya, yaitu peningkatan beberapa bahan dasar, seperti beras, telur, ayam, dan sembako sejak awal kali tahun sampai sekarang ini
“Telur itu umumnya 1/2 kilo pada harga di antara Rp 16.000 sampai Rp 18.000 dapat memperoleh 10 atau 12 biji, saat ini hanya 6-8 biji. Beras membeli lima kg dahulu sekitaran Rp 70.000 saat ini dapat sampai Rp 100.000 lebih,” bebernya saat dijumpai Kompas.com, Sabtu (12/4/2025).
Dia mengeluh makin sulitnya memperoleh gas elpiji 3 kg di toko retail. “Kalaulah ada, itu ada pada agen atau calo yang harga telah dinaikkan sekitaran Rp 5.000 sampai Rp 10.000, kan cukup sekali . Maka ibuku selalu muter-muter carinya dan cari juga perlu bensin,” katanya. Sebagai anak sulung dan salah satu bagian keluarga yang bekerja, Aul harus juga memikul ongkos hidup ke-2 adiknya yang duduk di kursi SMA. Ada pula ibu dan neneknya. Dengan upah yang ngepas, pengeluaran yang dihabiskan /bulan sekitaran Rp 2,lima juta untuk keperluan keluarganya di Mojokerto, dan sekitaran Rp dua juta untuk pengeluaran individu, seperti ongkos kost, uang bensin, beberapa bahan sembako. “Apalagi saat ini semua barang, khususnya sembako naik itu yang makin mencekik sekali sich karena banyak habis untuk keperluan bertahan hidup,” katanya. Tidak kuat membeli pakaian Wanita kelahiran tahun 2003 itu menjelaskan ada peralihan pola hidup yang ia rasa karena keadaan ekonomi yang makin sulit ini. Sekarang, ia tak lagi konsumsi semua keperluan tersier seperti berbelanja, kongkow di cafe, beli makanan fast food, dan berbelanja online. Bahkan juga, Aul batasi pengeluaran skincare /bulannya yang awalannya sekitaran Rp 200.000-Rp 300.000 menjadi Rp 100.000.